Game Jurnalis, Kritik atau Propaganda?

Akhir-akhir ini, cukup banyak review game dari media besar yang terasa kurang objektif. Alih-alih fokus membahas kualitas gameplay, grafik, cerita, atau performa teknis, beberapa jurnalis justru lebih sibuk menyoroti apakah game tersebut sudah cukup “woke” atau belum.

Istilah woke sendiri sering merujuk pada kesadaran terhadap isu-isu sosial seperti kesetaraan gender, representasi ras, orientasi seksual, dan sebagainya. Meskipun isu-isu ini penting, ada kekhawatiran ketika perhatian media terlalu terpusat pada aspek tersebut, hingga melupakan fungsi utama review: membantu pemain memutuskan apakah game tersebut layak dimainkan.


Unsur Woke Bukan Masalah, Tapi...

Perlu ditekankan bahwa kehadiran unsur woke dalam game bukanlah sesuatu yang salah. Justru menarik ketika developer mampu menyisipkan pesan sosial secara halus dan bermakna. Namun, masalah muncul ketika unsur tersebut diperlakukan seolah menjadi satu-satunya tolok ukur nilai sebuah game.

Beberapa review bahkan memberikan skor rendah hanya karena tidak adanya karakter dari kelompok tertentu, meskipun gameplay dan desain gamenya sangat solid. Sebaliknya, ada juga game dengan performa buruk yang mendapatkan pujian karena dianggap progresif secara narasi.


Gamer Ingin Lepas dari Kenyataan, Bukan Dicekoki Ceramah

Mayoritas gamer bermain game sebagai bentuk pelarian dari rutinitas dan tekanan kehidupan sehari-hari. Game adalah ruang untuk bersenang-senang, berimajinasi, atau sekadar bersantai. Ketika review justru lebih banyak membahas topik sosial-politik dibandingkan kualitas hiburannya, esensi game sebagai media pelarian jadi hilang.

Banyak pemain akhirnya merasa lelah dengan narasi moral yang terlalu dipaksakan. Apalagi jika dibungkus dalam nada menggurui yang muncul di review media. Tidak heran bila sebagian besar komunitas gamer mulai lebih percaya pada reviewer independen atau diskusi di forum daripada media besar.


Kualitas Game Harus Tetap Jadi Prioritas

Review game seharusnya menilai kualitas berdasarkan aspek-aspek fundamental: kontrol yang responsif, cerita yang engaging, desain level yang menarik, serta stabilitas performa. Unsur representasi bisa menjadi nilai tambah, tapi tidak seharusnya menjadi satu-satunya faktor penentu.

Keseimbangan adalah kuncinya. Review yang terlalu berat sebelah akan kehilangan kredibilitas di mata gamer, karena pada akhirnya pemain hanya ingin tahu satu hal: apakah game ini menyenangkan untuk dimainkan?

Sumber: YouTube

Penutup: Saatnya Kembali ke Esensi Review Game

Di blog lorenime, kami percaya bahwa game bisa menjadi medium ekspresi sosial yang kuat. Namun, ketika unsur sosial-politik terlalu mendominasi penilaian, yang terjadi justru bias dan ketidakadilan terhadap karya developer yang bekerja keras menghadirkan pengalaman bermain terbaik.

Gamer bukan musuh keberagaman. Namun, gamer juga tidak ingin merasa seperti sedang mengikuti kuliah ideologi ketika yang dicari adalah hiburan dan relaksasi. Review seharusnya jujur, seimbang, dan mengutamakan pengalaman bermain secara keseluruhan.

Pernah merasa review game terlalu politis dan membingungkan? Atau justru punya pengalaman menemukan game hebat yang diremehkan media? Bagikan pendapat di kolom komentar. Yuk, jaga ruang diskusi game tetap sehat dan menyenangkan.

Sampai jumpa di artikel selanjutnya di lorenime – suara jujur dari gamer untuk gamer.

Lorenime

Seorang cowo biasa yang kebetulan suka main games khususnya Resident Evil

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama