Beli FIFA atau eFootball Tiap Tahun? Ini Kenapa Kamu Harus Berhenti


Jujur aja, aku dulu juga tiap tahun beli FIFA. Bahkan pernah ikut PO, beli edisi Ultimate, lengkap sama bonus FUT Points. Rasanya kayak tradisi: ganti tahun, ganti FIFA. Tapi makin lama, aku mulai sadar sesuatu yang pahit—ini semua nggak masuk akal. Dan di artikel ini, aku pengen ngajak kamu mikir, apa iya beli game sepak bola tiap tahun itu keputusan yang cerdas?


Sama Aja Tiap Tahun, Cuma Judulnya Ganti

Coba deh kamu bandingin FIFA 21, 22, 23, sampai EA FC 24. Atau kalau kamu anak PES, bandingin PES 2020, 2021, dan eFootball 2022. Bedanya apa, coba? Oke, mungkin ada sedikit update grafik, gerakan pemain yang lebih halus, atau stadion yang kelihatan lebih kinclong. Tapi gameplay-nya? 90% sama. Bahkan terkadang justru makin banyak bug atau fitur yang dipaksa masuk padahal belum siap.

Yang mereka jual sebenernya bukan game baru. Tapi ilusi bahwa kamu harus upgrade tiap tahun supaya nggak ketinggalan. Padahal yang kamu dapetin, ya itu-itu aja. Kayak beli nasi goreng yang sama, tapi bungkusnya beda.


Update Roster Bisa Gratis, Ngapain Beli Ulang?

Alasan utama orang beli game bola tiap tahun adalah karena update pemain dan klub. "Eh, Messi sekarang di Inter Miami, harus update dong!" Padahal, kalau kamu pakai option file atau mod (buat PES/eFootball), atau main career mode biasa tanpa mikirin online, semua itu bisa kamu ubah sendiri. Gratis, tanpa harus bayar ratusan ribu tiap tahun.

Ngapain kamu harus keluarin uang buat hal yang bisa kamu lakukan sendiri cuma dalam 15 menit?


Ultimate Team & Gacha Meracuni Otak Kita

Kalau kamu main FIFA karena Ultimate Team, aku ngerti. Mode itu memang bikin ketagihan. Tapi sadar nggak sih, kamu udah masuk ke dalam sistem gacha berkedok sepak bola? Kamu beli game-nya, terus dipancing beli FIFA Points biar dapet kartu pemain langka. Dan tahun depan? Semua progres kamu dihapus, dan kamu mulai dari nol lagi.

Itu bukan cuma boros, tapi udah masuk kategori eksploitasi psikologis. EA ngerti banget gimana bikin kamu candu. Mereka tahu kamu nggak bakal rela ditinggal teman yang udah main UT duluan. Jadi, tiap tahun kamu beli lagi, top-up lagi, dan jatuh ke lubang yang sama.


Game yang Sama, Harga yang Naik

Ini fakta yang menyebalkan. Harga game bola terus naik, tapi kualitasnya nggak sebanding. EA FC 24 misalnya, rilis dengan harga premium, tapi isinya nggak jauh beda dari FIFA 23. Kadang malah lebih banyak glitch di awal. Dan mereka berani banget ngasih mikrotransaksi di game yang udah kamu beli full price. Kamu tuh kayak pelanggan setia yang terus disuruh bayar lebih, tapi dilayanin dengan setengah hati.

Sumber: Konami

Solusi yang Lebih Masuk Akal

Kalau kamu suka game bola, bukan berarti kamu harus beli tiap tahun. Kamu bisa pilih satu versi aja dan mainin selama 2–3 tahun. Update pemain dan kit bisa kamu ubah sendiri secara manual, apalagi banyak komunitas yang suka bantu. Kalau kamu lebih suka strategi atau simulasi, kamu bisa pindah ke game kayak Football Manager yang punya pendekatan beda. Bahkan banyak mod community yang bikin pengalaman main lebih seru daripada versi resmi. Intinya, kamu tetap bisa nikmatin hobi ini tanpa harus dijebak marketing tiap tahun.


Penutup: Berhenti Jadi Konsumen yang Nurut-Nurut Aja

Beli game sepak bola tiap tahun itu sebenarnya bukan keharusan. Itu cuma kebiasaan yang dibentuk oleh iklan, fear of missing out (FOMO), dan tekanan dari sistem kompetitif online. Kalau kamu berhenti sejenak dan mikir, kamu bakal sadar bahwa itu semua nggak sepadan dengan uang dan waktu yang kamu buang. Mulai sekarang, kamu bisa lebih bijak. Jangan mau dibodohi oleh industri yang cuma peduli sama profit. Nikmati game-nya, iya. Tapi jangan jadi budaknya.

Lorenime

Seorang cowo biasa yang kebetulan suka main games khususnya Resident Evil

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama