Roblox selama ini dikenal sebagai dunia bermain penuh kreativitas—tempat di mana anak-anak bisa membuat game sendiri, menjelajahi dunia imajinatif, atau sekadar main bareng teman. Tapi di balik tampilan lucunya, ada sisi gelap yang semakin mengkhawatirkan: predator online yang memanfaatkan kepolosan anak-anak.
Dunia Virtual yang Tak Lagi Aman
Roblox dulunya jadi simbol kebebasan berkreasi. Tapi sekarang, banyak laporan muncul tentang predator yang bersembunyi di balik avatar lucu, berpura-pura jadi teman, lalu perlahan mendekati anak-anak dengan cara yang manipulatif.
Aku sendiri ngeri baca berbagai kasus—mulai dari ajakan pribadi lewat chat, kirim link mencurigakan, sampai bujukan untuk pindah komunikasi ke platform lain seperti Discord. Yang bikin lebih parah, banyak dari pelaku ini memanfaatkan fitur sosial Roblox untuk membangun kepercayaan lebih dulu sebelum melancarkan aksinya. Dan ini bukan kasus langka. Dari forum-forum luar negeri sampai berita resmi, semakin banyak orang tua yang sadar kalau Roblox bukan lagi ruang aman 100% seperti yang mereka kira.
Saat Kreativitas Jadi Celah Bahaya
Ironisnya, sistem terbuka Roblox justru jadi pedang bermata dua. Roblox mendorong pengguna untuk membuat game sendiri, tapi ini juga berarti siapa pun bisa mengunggah konten dan mengatur interaksi di dalamnya. Beberapa pelaku bahkan menciptakan “game jebakan” yang tampak normal di awal, tapi ternyata menyimpan ruang obrolan atau aktivitas tersembunyi untuk mendekati anak-anak.
Aku nggak bilang semua kreator Roblox jahat ya—banyak banget developer muda yang benar-benar berbakat. Tapi karena kurangnya pengawasan dan lemahnya sistem moderasi, para predator ini bisa dengan mudah menyelinap di antara mereka.
Moderasi yang Tak Sepenuhnya Efektif
Roblox memang punya sistem filter chat dan laporan pengguna, tapi realitanya masih jauh dari cukup. Banyak laporan butuh waktu lama untuk ditindak, sementara para predator bisa dengan mudah buat akun baru dalam hitungan menit setelah diblokir.
Ada kesan kalau pihak Roblox lebih fokus pada pertumbuhan bisnis dan ekspansi global ketimbang benar-benar memperketat keamanan pengguna mudanya. Padahal, audiens utama platform ini jelas anak-anak. Kamu bisa bayangin, di satu sisi Roblox digembar-gemborkan sebagai “platform untuk keluarga”, tapi di sisi lain banyak cerita kelam yang terus terulang di balik layar.
Tanggung Jawab Siapa?
Masalah ini seharusnya bukan cuma tanggung jawab orang tua, tapi juga pihak Roblox sendiri. Orang tua bisa saja aktif memantau, tapi tanpa sistem yang kuat, itu seperti menutup ember bocor dengan jari.
Roblox seharusnya memperketat verifikasi usia, pengawasan chat, serta sistem deteksi aktivitas mencurigakan. Jangan cuma mengandalkan komunitas untuk saling melapor. Sementara itu, kita—para pemain atau penggemar dunia game—perlu mulai sadar juga. Nggak semua dunia virtual itu aman, dan nggak semua avatar lucu punya niat baik.
![]() |
| Sumber: Fox 4 News |
Dunia Anak Harus Dilindungi
Aku nulis ini bukan buat menakut-nakuti, tapi buat ngingetin kalau dunia digital pun punya predator nyata. Bedanya, mereka bersembunyi di balik layar dan karakter virtual. Roblox punya potensi luar biasa untuk mengasah kreativitas anak-anak. Tapi tanpa langkah keamanan yang lebih tegas, platform ini bisa berubah jadi ladang berbahaya yang justru melukai generasi muda. Kalau Roblox benar-benar mau jadi “platform untuk semua umur”, maka perlindungan anak bukan lagi sekadar fitur tambahan—itu harus jadi prioritas utama.
Penutup
Sebagai gamer, aku pengin lihat dunia game tumbuh sehat dan aman buat semua orang. Tapi selama predator masih bisa bersembunyi bebas di Roblox, rasanya sulit untuk bilang platform ini aman sepenuhnya. Kreativitas itu penting, tapi keselamatan anak-anak jauh lebih penting. Dan sudah saatnya Roblox berhenti pura-pura nggak tahu soal itu.

