Gear 5 dan Haki: Bukti Oda Bingung Menyelesaikan Cerita One Piece

Kalau lo udah ngikutin One Piece dari awal, pasti kerasa banget gimana ceritanya berubah dari petualangan bajak laut penuh tawa jadi konflik antar dewa, konspirasi dunia, dan kekuatan yang makin absurd tiap arc-nya. Tapi perubahan itu bukan cuma masalah skala cerita—melainkan juga soal bagaimana Eiichiro Oda mencoba tetap mengendalikan narasi yang semakin liar. Dan dua bukti paling mencolok dari usaha ‘pengendalian’ ini adalah kemunculan Haki dan puncaknya di Gear 5.


Buah Iblis Dulu Sudah Cukup

Waktu One Piece masih muda, sistem kekuatan terasa lebih sederhana. Buah iblis adalah pusat dari semua kekuatan tempur. Pengguna buah Logia seperti Crocodile atau Enel diakui sebagai "dewa" karena kemampuan mereka yang secara harfiah nggak bisa disentuh. Nah, di sinilah masalah dimulai—dan juga tempat pertama di mana keliatan banget kalau Oda mulai ‘bingung’ atau minimal, kepepet.


Haki: Solusi Tambal Sulam untuk Masalah Logia

Setelah Enies Lobby dan memasuki Dunia Baru, semua karakter mulai punya Haki. Nggak cuma Luffy atau Zoro, bahkan karakter minor pun tiba-tiba bisa menghantam pengguna Logia yang dulu mustahil disentuh.

Di sinilah muncul pertanyaan besar dari para fans lama: kenapa Haki baru diperkenalkan setelah ratusan chapter? Kenapa tidak dari awal saja kalau memang itu fondasi dunia tempur di One Piece?

Jawabannya cukup sederhana, walaupun agak menyakitkan: karena Oda butuh solusi instan. Buah Logia terlalu kuat. Kalau terus dibiarkan, Luffy nggak akan pernah bisa menang lawan pengguna Logia tanpa bantuan eksternal. Maka, diciptakanlah Haki—kekuatan spiritual yang entah dari mana tiba-tiba jadi standar umum di Dunia Baru.

Ini kayak Oda ngasih cheat code ke semua orang biar ceritanya tetap bisa lanjut. Dengan Armament Haki, semua pengguna buah iblis tipe Logia bisa diserang. Dengan Observation Haki, pertempuran jadi lebih strategis. Dengan Conqueror Haki, karakter utama bisa tetap kelihatan keren dan ‘berbeda’ dari yang lain.

Masalahnya, semua ini terasa seperti tambalan. Haki bukan fondasi yang dibangun dari awal cerita. Ini seperti peraturan baru yang dibuat ketika permainan sudah setengah jalan. Terlihat jelas kalau ini adalah langkah desperate—cara Oda buat menyetir ulang sistem kekuatan yang terlanjur terlalu timpang.


Luffy vs Kaido: Tekanan Cerita yang Terlalu Berat

Masuk ke Wano, cerita mencapai titik klimaksnya. Luffy harus menghadapi Kaido, makhluk terkuat di dunia. Kaido bukan cuma punya kekuatan fisik gila-gilaan, tapi juga buah iblis mitos dan pengalaman bertempur puluhan tahun. Luffy sudah kalah berkali-kali. Bahkan setelah Awakening dan menguasai Haki tingkat tinggi, Luffy tetap nggak mampu mengimbangi kekuatan Kaido.

Oda butuh jalan keluar. Tapi semua cara yang biasa udah dipakai. Haki udah mentok. Awakening pun belum cukup. Maka, muncullah langkah terakhir.


Gear 5: Solusi Panik yang Kelewat Sakti

Di sinilah Oda masuk ke mode panik tahap akhir: Gear 5. Ternyata, Gomu Gomu no Mi yang kita kenal selama ini bukan buah biasa, tapi sebenarnya Hito Hito no Mi, model Nika—buah iblis yang hanya disebut dalam dongeng dan legenda. Dengan kekuatan ini, Luffy bisa mengubah kenyataan seperti kartun Looney Tunes. Dia bisa membengkokkan lantai, mengubah tubuh jadi raksasa, dan tertawa di tengah pertarungan seolah-olah dia dewa lelucon.

Buat sebagian fans, ini momen kebangkitan. Tapi buat banyak lainnya, ini seperti pengakuan diam-diam bahwa Oda sudah kehabisan cara untuk membuat Luffy bisa mengalahkan Kaido secara organik. Gear 5 bukan lagi soal pertumbuhan karakter atau penguasaan teknik, tapi mukjizat yang datang dari plot twist.

Luffy menang bukan karena kerja keras semata, tapi karena buah iblis-nya ternyata menyimpan rahasia ilahi. Lagi-lagi, solusi instan. Dan kayaknya kita udah tahu polanya.


Cerita Semakin Luas, Tapi Semakin Longgar?

Ironisnya, semakin cerita berkembang, semakin banyak tambalan yang harus dibuat. Haki muncul untuk menyeimbangkan Logia. Gear 5 muncul untuk mengalahkan Kaido. Dunia terasa makin luas, tapi juga makin longgar.

Terasa seperti Oda sedang memutar balik keajaiban yang ia bangun sendiri, tapi sekarang dengan tangan yang gemetar. Bukan berarti ini semua buruk. Oda tetap jenius dalam menciptakan momen-momen epik dan dunia yang tak terlupakan. Tapi kalau kita melihat perkembangan sistem kekuatan secara objektif, banyak yang terasa lebih sebagai reaksi ketimbang rencana.


Akankah Semua Ini Masuk Akal di Akhir?

Haki dan Gear 5 bukan sekadar power-up. Mereka adalah bukti bahwa bahkan mangaka sekelas Oda bisa tersudut oleh cerita raksasa yang ia bangun sendiri. Pertanyaannya sekarang, apakah langkah-langkah "darurat" ini akan berlanjut sampai akhir cerita? Atau justru kita akan melihat Oda berhasil menjahit semuanya jadi satu klimaks yang tetap masuk akal?

Kita belum tahu. Tapi yang jelas, kita semua masih duduk di kapal ini, berharap Oda bisa menuntaskan pelayarannya dengan penuh kehormatan.

Lorenime

Seorang cowo biasa yang kebetulan suka main games khususnya Resident Evil

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama