Kamu pernah nggak sih, nonton seseorang main game super cepat, lompatin semua rintangan, ngelewatin cutscene, dan dalam hitungan menit udah ngalahin boss terakhir? Selamat datang di dunia speedrun, tempat di mana waktu adalah segalanya, dan kesabaran diuji demi detik-detik yang berharga. Tapi di balik semua itu, muncul satu pertanyaan yang nggak kalah penting: apakah speedrun itu seni atau sekadar ajang unjuk kecepatan?
Speedrun: Main Game atau Pecahin Waktu?
Secara teknis, speedrun itu adalah cara main game secepat mungkin dari awal sampai akhir, kadang tanpa peduli jalan cerita atau elemen visual yang biasanya kita nikmati. Ada yang main glitchless (tanpa bug), ada juga yang justru ngandalin glitch buat lompat dari pintu awal langsung ke ending.
Tapi yang bikin menarik tuh bukan cuma “main cepatnya,” tapi gimana cara orang nemuin rute tercepat, eksperimen tiap sudut level, ngulik pixel demi pixel, dan kadang ngabisin ratusan jam cuma buat potong waktu satu detik. Di titik ini, kita udah masuk ke wilayah yang lebih dari sekadar kompetisi.
Obsesi Tanpa Batas: Gila atau Cinta?
Banyak speedrunner ngakuin bahwa mereka rela ngulang satu stage lebih dari seribu kali demi dapet perfect RNG (random number generator), atau ngatur timing lompat pas banget dengan frame tertentu. Gila? Iya. Tapi juga penuh cinta. Seperti seniman yang nggak puas dengan satu goresan kuas doang, mereka juga terus mengasah kemampuan sampai hasilnya nyaris sempurna.
Kadang kita liat mereka senyum pas gagal, lalu coba lagi dan lagi. Ada kesenangan tersendiri ketika berhasil ngelewatin rintangan yang tadinya mustahil. Ada nilai artistik dari konsistensi, improvisasi, dan bahkan “cara” mereka salah sekalipun. Dan justru di sini letak seninya.
Komunitas: Galeri Seni atau Arena Gladiator?
Speedrun bukan aktivitas individu doang. Di balik tiap rekor dunia, ada komunitas yang saling bantu, berbagi trick, bahkan bikin dokumentasi tebal berisi strategi terbaik. Di satu sisi, ini kayak galeri seni digital—arsip kreatif dari banyak orang. Tapi di sisi lain, kompetisi tetap membara. Siapa yang bisa “nyalip” waktu tercepat, siapa yang bisa nemuin glitch baru duluan.
Event kayak Games Done Quick (GDQ) jadi bukti bahwa speedrun bisa punya sisi sosial dan amal juga. Nggak cuma tentang siapa tercepat, tapi juga tentang gimana ngehibur orang dan ngumpulin dana untuk hal baik. Kalau itu bukan seni, apa dong?
Referensi Speedrun Terkenal yang Bikin Geleng-Geleng
Kalau kamu belum pernah nonton speedrun sebelumnya, ada beberapa contoh legendaris yang wajib banget kamu lihat. Salah satunya adalah Super Mario 64 kategori 0 star, di mana game ini ditamatkan tanpa ambil satu bintang pun. Para speedrunner kayak Cheese dan SimpleFlips memanfaatkan glitch yang kompleks buat ngelewatin semua area, dan hasilnya benar-benar mindblowing.
Lalu ada juga The Legend of Zelda: Ocarina of Time yang bisa ditamatkan dalam hitungan menit berkat teknik wrong warp. Teknik ini bikin Link bisa langsung teleport ke ending credits, dan meskipun kelihatan mustahil, banyak speedrunner berhasil nguasain glitch rumit ini.
Kalau kamu lebih suka tantangan brutal, lihat aja speedrun Dark Souls kategori Any%. Game yang terkenal susah ini justru bisa ditamatin kurang dari 30 menit oleh speedrunner kayak Distortion2, berkat roll yang presisi, skip boss, dan glitch yang dieksekusi dengan sempurna.
Minecraft juga punya sejarah speedrun yang nggak kalah seru, khususnya di kategori Random Seed Glitchless. Mode ini sempat heboh karena kasus Dream, yang sempat klaim rekor tapi belakangan terbukti pake mod. Walaupun kontroversial, kejadian itu tetap jadi momen penting yang bikin komunitas speedrun makin disorot.
Terakhir, kita nggak bisa lupa sama Skyrim versi unpatched Any%, yang bisa ditamatkan dalam waktu sekitar 3 menit. Game open-world segede itu, tapi karena glitch absurd seperti terbang pake naga dan lompat ke Sovngarde tanpa ikut jalan cerita, speedrunner kayak Cacahuate dan Giqo berhasil memotong semua proses dengan gaya yang spektakuler.
Nonton run-run ini nggak cuma bikin kagum, tapi juga bisa banget jadi inspirasi buat kamu yang mungkin pengen coba speedrun game favoritmu sendiri. Siapa tahu, kamu jadi legenda berikutnya.
![]() |
Sumber: Reddit |
Kenapa Kita (Suka) Nonton?
Oke, mungkin kamu nggak pernah speedrun sendiri, tapi pernah kan nonton video orang yang ngalahin The Legend of Zelda: Ocarina of Time dalam 10 menit? Ada kepuasan aneh waktu ngeliat game besar jadi kecil banget. Ada rasa “wah” pas liat seseorang bikin shortcut aneh yang mustahil kita pikirin sendiri.
Sama kayak ngeliat magician. Kita tahu triknya, tapi tetep kagum. Dan itu juga alasan kenapa speedrun bisa dianggap bentuk seni performatif. Nggak semua orang ngerti effort-nya, tapi tetap bisa ngerasain keindahannya.
Jadi, Speedrun Itu Apa?
Apakah speedrun itu seni?
Ya, kalau kita melihatnya sebagai bentuk ekspresi kreatif, dedikasi, dan eksplorasi.
Apakah speedrun itu kompetisi?
Pasti. Karena tiap detik bisa bikin rekor runtuh dan nama baru naik.
Tapi mungkin yang paling penting adalah: speedrun itu cerminan obsesi manusia buat ngalahin batas. Bukan cuma batas waktu, tapi batas diri sendiri. Dan buat kamu yang ngerasa relate, mungkin kamu nggak cuma gamer, tapi juga seniman tanpa sadar.