Alasan Kenapa CoD Nggak Seru Lagi?

Kalau kamu udah ngikutin seri Call of Duty (CoD) sejak era PS3 atau bahkan sebelumnya, mungkin kamu juga ngerasa kalau game ini sekarang udah berubah jauh. Sayangnya, bukan berubah ke arah yang lebih baik. Banyak pemain lama ngerasa CoD zaman sekarang tuh beda banget, dari atmosfer, gameplay, sampai desain karakter. Bahkan ada yang bilang, karakter CoD sekarang lebih mirip Fortnite ketimbang tentara beneran. Tapi, kenapa bisa kayak gini?


Dulu Fokus Cerita dan Gameplay, Sekarang Fokus Skin

Kita mulai dari yang paling terasa: monetisasi. CoD dulu dikenal lewat campaign sinematik yang keren dan multiplayer intens. Tapi sekarang, seolah-olah semua aspek itu cuma tambahan aja. Yang utama? Skin karakter, battle pass, dan bundle store.

Activision makin ke sini makin doyan jualan konten kosmetik. Nggak salah sih, karena bisnis ya tetap bisnis. Tapi, rasanya makin banyak waktu dan tenaga yang dicurahkan ke bikin karakter warna-warni ketimbang ngedesain map yang balance atau mode permainan yang baru dan fresh.


Karakter yang “Nggak Serius” Lagi

Salah satu hal yang paling banyak dikritik fans veteran adalah desain karakter di CoD sekarang. Dulu kita punya tokoh-tokoh seperti Soap, Ghost, Price—tentara-tentara dengan gaya militer realistis dan persona kuat.

Sekarang? Karakter-karakter aneh bin absurd sering nongol di Warzone maupun multiplayer reguler. Ada skin bertema anime, monster neon, bahkan kolaborasi sama brand-brand pop culture yang bikin game ini lebih mirip Fortnite versi militer. Ini ngebuat atmosfer perang yang dulu kerasa intens jadi hilang. Rasanya bukan lagi soal perang modern, tapi lebih kayak ajang cosplay ber-AR.


Rasa Permainan yang Semakin Hambar

Masalah lain adalah gameplay-nya yang makin repetitif. Meskipun mekanik tembak-menembak CoD masih solid, tapi variasi map, keseimbangan senjata, dan desain mode makin nggak variatif. Bahkan beberapa game terakhir cuma ngambil ulang map lama yang udah dimainin berkali-kali, lalu dijual seolah-olah baru. Padahal, fans lama pasti langsung sadar kalau itu sekadar daur ulang.

Sementara itu, bug, glitch, dan masalah teknis terus muncul dari tahun ke tahun. Update kadang malah nambah masalah baru ketimbang benerin yang lama. Nggak sedikit juga yang komplain soal cheater di Warzone yang masih berkeliaran walaupun sistem anti-cheat udah digembar-gemborkan.

Sumber: YouTube

Terlalu Banyak Cabang, Komunitas Terpecah

Dulu semua orang main game yang sama. Sekarang? Ada Warzone, Modern Warfare Reboot, Black Ops reboot, dan sub-seri lainnya. Ini bikin komunitas CoD nggak lagi bersatu kayak dulu. Setiap game punya meta sendiri, sistem sendiri, dan seringnya nggak saling sinkron.

Bahkan update yang terlalu sering malah bikin pemain burnout. Banyak dari mereka ngerasa capek harus ngejar battle pass tiap musim, padahal nggak ada hal baru yang benar-benar bikin penasaran.


Nostalgia Bukan Cuma Soal Kenangan

Banyak yang bilang kritik terhadap CoD sekarang cuma efek nostalgia. Tapi sebenarnya bukan cuma itu. Game CoD lama memang punya desain yang kuat dan identitas jelas. Setiap karakter punya cerita, setiap mode punya feel khas, dan setiap rilis selalu jadi ajang antisipasi.

Sekarang, semua itu digantikan sama keriuhan skin glowing, event crossover, dan karakter bungkusan yang kayaknya lebih cocok nongol di konser virtual ketimbang medan perang.


Kesimpulan: CoD Butuh Balik ke Akar

Sebagai pemain lama, aku pribadi masih punya harapan. Call of Duty bukan franchise sembarangan—dulu dia pionir, pelopor, dan panutan dalam dunia FPS. Tapi buat bisa kembali ke puncak, CoD harus stop jualan nostalgia dan mulai lagi fokus ke kualitas: dari gameplay, map, hingga karakter.

Kalau sekarang kamu ngerasa CoD lebih mirip Fortnite yang sok serius, ya, kamu nggak sendirian. Semoga di masa depan Activision bisa dengerin lagi para pemain lama. Karena Call of Duty tanpa identitas militernya, bukan Call of Duty yang kita kenal.

Lorenime

Seorang cowo biasa yang kebetulan suka main games khususnya Resident Evil

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama