Sejarah Dragon Nest: Dari MMORPG Populer ke Game yang Sering Tutup Server

Dulu, waktu aku masih duduk di bangku sekolah, Dragon Nest itu kayak primadona dunia game online. Gameplay-nya beda sendiri: serba action, gak cuma klik-klik skill. PvP-nya intens, dungeon-nya seru, dan tiap karakter punya identitas yang kuat. Tapi sekarang? Tiap kali denger nama “Dragon Nest”, yang muncul di kepalaku cuma satu: “eh itu game yang buka-tutup mulu ya?” Dan jujur aja, makin lama, makin banyak orang yang bilang Dragon Nest udah kayak scam terselubung.


Masa Keemasan: Dragon Nest Bareng Gemscool

Waktu pertama kali rilis di Indonesia lewat Gemscool sekitar tahun 2012, Dragon Nest langsung jadi game yang gak bisa dihindari. Aku dan banyak temanku rela nongkrong di warnet sampai larut cuma buat nge-push dungeon, duel PvP di Saint Haven, atau sekadar ngintip gear orang di channel 1.

Waktu itu semuanya terasa hidup. Event-nya rutin dan seru, komunitasnya ramai dan solid, update datang dengan pace yang masuk akal, dan yang paling penting: belum terlalu pay-to-win. Game ini rasanya adil dan kompetitif, dan itu bikin nagih. Tapi masa indah itu gak bertahan lama.


Momen Runtuh: Pay-to-Win dan Server Tutup

Masuk ke tahun-tahun berikutnya, arah Dragon Nest mulai berubah. Semakin ke sini, kontennya mulai stagnan, dan satu per satu sistem di dalamnya mulai terasa didesain buat ngejer duit. Gear kuat jadi makin susah dicapai tanpa top-up, dan PvP yang dulu seimbang mulai berubah jadi ajang unjuk kekuatan dompet.

Akhirnya, di tahun 2019, server Indonesia resmi ditutup. Aku masih inget perasaan campur aduk waktu baca pengumuman resminya. Rasanya sedih banget. Sebagian pemain direkomendasikan pindah ke Dragon Nest SEA, tapi di sana juga gak lebih baik. Ping makin tinggi, bahasa campur-campur, dan komunitas Indonesia gak bisa bertahan solid seperti dulu.


Reinkarnasi Gagal: Server Private dan Versi Baru

Setelah server resmi tiarap, mulai bermunculan banyak server private. Namanya macam-macam, dari DN Awake, DN Vision, sampai DN Infinity. Beberapa mengklaim mereka hadir dengan sistem fair, nostalgic, atau 100% free-to-play. Tapi kenyataan biasanya gak seindah janji mereka.

Aku sempat nyoba beberapa, dan awalnya sih kelihatan menjanjikan. Tapi setelah beberapa minggu atau bulan, semuanya mulai terasa familiar: update mulai lambat, event asal-asalan, komunitas makin sepi, lalu dev-nya menghilang. Ada juga yang sengaja bikin event besar-besaran dan promo top-up sebelum akhirnya menghilang total tanpa penjelasan. Website lenyap, akun Discord ditutup, dan semua uang pemain hilang begitu aja. Dan pola ini terjadi berulang-ulang. Bikin orang-orang mulai berpikir, “ini scam gak sih?”


Dragon Nest 2: Evolution – Nama Doang, Rasa Beda

Ketika muncul Dragon Nest 2: Evolution, harapan sempat muncul. Ini versi mobile resmi yang katanya membawa semangat DN klasik ke era baru. Tapi begitu aku coba, harapannya langsung hilang. Game-nya ternyata auto-play banget. Semua mekanik action yang bikin DN dulu begitu spesial, di sini hampir gak terasa. Dari cara jalan, farming, sampai PvP, semuanya bisa dilakukan otomatis. Dan seperti game mobile pada umumnya, sistem gacha dan power-up menguasai segalanya. PvE terasa hambar, dan PvP cuma jadi konten untuk yang rela keluar duit.

Rasanya kayak nonton drama yang hanya pakai nama lama buat narik fans. Isinya gak nyambung, cuma numpang nostalgia. Seolah-olah Dragon Nest 2: Evolution ini cuma produk marketing yang dibungkus nostalgia, tapi hatinya gak sama.


Masalah Utama: Monetisasi yang Licik

Yang bikin banyak pemain lama muak adalah cara monetisasi yang makin kejam. Sistem gacha makin merajalela. Item terbaik sering kali cuma bisa didapetin lewat top-up, dan kadang ada sistem upgrade yang bisa gagal dan bikin gear rusak permanen. Bahkan muncul sistem VIP yang jelas-jelas bikin pemain gratisan gak punya kesempatan bersaing.

Yang bikin tambah parah, beberapa server bahkan sengaja ngadain event top-up besar-besaran sebelum menutup server tanpa refund. Ini bukan cuma merugikan pemain secara finansial, tapi juga secara emosional. Udah invest waktu, tenaga, uang, dan harapan... eh ditinggal begitu aja. Pola-pola ini yang bikin banyak orang makin yakin, “ini udah bukan game online biasa, tapi udah kayak penipuan.”


Dari Cinta Jadi Luka

Aku pribadi punya banyak kenangan indah di Dragon Nest. Dari mulai ketawa bareng guild, ngelawan Sea Dragon bareng-bareng, sampai duel PvP yang bikin tangan pegal tapi hati puas. Tapi sekarang semua itu tinggal cerita.

Dragon Nest punya potensi luar biasa. Sistem combat-nya masih jadi salah satu yang terbaik di dunia MMORPG. Dunia dan ceritanya menarik, class-nya beragam dan punya ciri khas. Tapi semua itu runtuh karena keputusan yang salah dan pendekatan bisnis yang serakah. Alih-alih dikembangkan lebih lanjut, DN malah jadi ladang eksploitasi nostalgia. Judul besar yang dulunya membanggakan, kini jadi peringatan bagi gamer supaya lebih hati-hati.

Sumber: Mobile Nation

Jadi, Masih Layak Dimainkan?

Kalau kamu cuma ingin nostalgia bentar, mungkin masih bisa dicoba. Tapi kalau kamu berharap server stabil, update berkualitas, komunitas yang hidup, dan pengalaman bermain yang adil, kamu harus pikir ulang.

Sekarang ini, banyak server yang muncul tanpa identitas jelas. Developer-nya anonim, roadmap gak pernah dibuka, dan komunikasi dengan komunitas minim. Mereka muncul cepat, heboh sebentar, lalu hilang tanpa jejak. Beberapa bahkan diduga cuma nyari duit dari top-up lalu kabur. Kalau kamu nemu server DN yang baru, sebaiknya jangan langsung terbuai. Coba observasi dulu, lihat siapa yang jalanin, cek track record-nya, dan jangan keluarin duit sebelum yakin.


Penutup

Dragon Nest adalah contoh nyata gimana game bagus bisa hancur karena salah kelola. Dulu dia adalah tempat terbaik buatku ngerasain serunya MMORPG, tapi sekarang lebih sering jadi pelajaran pahit tentang ekspektasi dan manipulasi.

Kalau kamu pernah punya memori indah di DN, kamu gak sendirian. Aku juga. Tapi sekarang, mungkin sudah waktunya kita move on, atau setidaknya, lebih hati-hati kalau ada yang muncul pakai nama “Dragon Nest” lagi.

Lorenime

Seorang cowo biasa yang kebetulan suka main games khususnya Resident Evil

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama