GTA 6 mungkin jadi game paling ditunggu dalam satu dekade terakhir, tapi jujur aja, makin ke sini aku justru makin khawatir kalau hype besar-besaran ini bisa jadi bumerang. Kita semua tahu gimana keadaannya waktu Cyberpunk 2077 rilis — semua orang berekspektasi terlalu tinggi, dan hasilnya malah berantakan. Dan sayangnya, tanda-tanda yang sama mulai terlihat juga di GTA 6.
Overhype yang Sudah Kelewat Batas
Kamu sadar nggak sih, setiap kali ada bocoran atau rumor soal GTA 6, langsung heboh se-internet? Bahkan belum ada trailer resmi kedua aja, udah banyak orang yang nganggep game ini bakal “mengubah dunia open-world”. Padahal, ekspektasi setinggi itu justru bahaya.
Rockstar memang punya reputasi sebagai developer yang perfeksionis, tapi di sisi lain, hype yang nggak realistis bisa jadi tekanan gila-gilaan buat tim development. Ketika publik udah berharap “game terbaik sepanjang masa”, sedikit aja ada bug atau detail yang kurang, orang langsung kecewa berat. Dan kalau kamu ingat, itulah yang terjadi di Cyberpunk 2077. Semua janji tentang dunia futuristik yang hidup, AI realistis, dan kebebasan tanpa batas ternyata nggak seindah promosi.
Terlalu Banyak Delay, Pertanda Nggak Baik?
Delay itu hal biasa di dunia game, apalagi kalau tujuannya buat perbaikan. Tapi kalau udah sampai berkali-kali, itu bisa jadi sinyal ada masalah di dapur produksi. GTA 6 udah dikembangkan lebih dari sepuluh tahun sejak GTA V, dan rumor soal pergantian sistem engine, target performa, serta visi kreatif yang berubah-ubah terus bermunculan.
Kita bisa aja nganggap itu bentuk keseriusan Rockstar, tapi di sisi lain, terlalu banyak revisi dan restart project bisa bikin hasil akhirnya nggak stabil. Banyak game AAA yang jatuh ke lubang ini — di atas kertas ambisius, tapi kenyataannya terlalu besar buat dikendalikan. Aku cuma berharap Rockstar nggak mengulangi nasib CD Projekt Red yang terlalu percaya diri pas ngejanjiin “game paling revolusioner”.
Para Engineer dan Veteran Rockstar Banyak yang Pergi
Ini bagian yang paling bikin aku waswas. Banyak nama besar di balik kesuksesan GTA V dan Red Dead Redemption 2 yang udah keluar dari Rockstar. Dari lead programmer sampai kepala departemen kreatif, banyak yang cabut setelah RDR2 kelar, karena katanya kultur kerja di sana udah mulai berubah — lebih korporat, kurang passion.
Padahal, justru orang-orang itulah yang selama ini bikin game Rockstar punya “jiwa”. Mereka yang ngerti gimana caranya bikin dunia open-world terasa hidup, detail, dan penuh kejutan kecil. Tanpa mereka, bisa aja GTA 6 tetap megah, tapi kehilangan sentuhan khas Rockstar — semacam “roh” yang bikin kamu betah nyasar di jalanan Vice City cuma buat ngeliatin NPC ngobrol.
Aku bukannya pesimis, tapi faktanya, pergantian tenaga kreatif besar-besaran hampir selalu berdampak ke arah game. Kamu bisa lihat contohnya di BioWare setelah ditinggal veteran-veterannya, hasilnya jadi kayak Anthem — indah di luar, tapi kosong di dalam.
Dunia Game Modern yang Terlalu Fokus ke Monetisasi
Aku juga khawatir kalau Rockstar sekarang lebih fokus ke profit ketimbang kualitas. Lihat aja gimana GTA Online masih jadi mesin uang sampai sekarang. Dengan penghasilan segede itu, bisa aja mereka tergoda buat “menyesuaikan” GTA 6 biar lebih mudah dijual secara berkelanjutan — entah lewat microtransaction, live-service, atau sistem ekonomi online yang terlalu agresif.
Kalau arah ini diambil, GTA 6 bisa kehilangan inti yang dulu bikin GTA disukai: kebebasan, eksplorasi, dan cerita sarkastik khas Amerika. Bukannya jadi satire sosial, malah berubah jadi simulasi grinding demi beli skin mobil mewah virtual.
GTA 6 Harus Tahu Kapan Berhenti Jadi “Game Paling Ditunggu”
Aku cuma berharap Rockstar bisa tetap jadi Rockstar — studio yang berani bilang “kami rilis saat sudah siap”, bukan “kami harus rilis karena investor udah nunggu”. Dunia game sekarang penuh tekanan dari publik dan pemegang saham, dan sayangnya, idealisme sering kali tumbang di situ.
Kamu tahu yang lebih bahaya dari game buruk? Game bagus yang gagal karena hype terlalu tinggi. GTA 6 bisa aja jadi karya terbaik Rockstar, tapi kalau ekspektasi publik udah setara dewa, hasil realistis pun bakal dianggap mengecewakan.
Penutup
Sebagai fans yang udah main GTA sejak era PS2, aku pengen banget GTA 6 sukses. Tapi aku juga realistis. Dunia gaming sekarang udah beda: makin besar janji, makin tinggi risiko kecewa. Rockstar harus bisa ngebuktiin kalau mereka masih punya “jiwa Rockstar” yang dulu — bukan sekadar nama besar yang tersisa di logo.
Kalau nggak hati-hati, GTA 6 bisa aja jadi contoh baru gimana hype dan keserakahan bisa ngebunuh game yang mestinya legendaris — persis kayak yang terjadi sama Cyberpunk 2077.
