One Punch Man Season 3 Animasinya Jelek Banget Coyy

Setelah penantian panjang bertahun-tahun, akhirnya One Punch Man Season 3 resmi rilis. Tapi bukannya disambut dengan sorakan dan pujian seperti musim pertamanya, yang terjadi malah sebaliknya — hujan kritik, meme, dan kekecewaan. Banyak fans merasa animasinya "jatuh", bahkan ada yang bilang ini terasa seperti tayangan PowerPoint dengan efek zoom in dan out.

Kenapa bisa begini? Yuk, aku bahas lebih dalam kenapa One Punch Man Season 3 jadi bahan perdebatan besar di komunitas anime.


Harapan Setinggi Langit, Jatuh Sekeras Pukulan Saitama

Sebelum Season 3 tayang, hype-nya udah gila-gilaan. Siapa sih yang nggak kangen sama aksi overpowered-nya Saitama, dan gaya sinematografi gila dari musim pertamanya? Apalagi mengingat musim pertama digarap oleh Madhouse, studio legendaris yang waktu itu benar-benar ngasih standar baru soal animasi aksi. Sayangnya, ekspektasi itu justru jadi boomerang. Begitu episode pertama Season 3 tayang, forum-forum seperti Reddit langsung rame. Banyak yang bilang adegannya kaku, terlalu banyak “still frames”, bahkan ada yang merasa animasinya lebih mirip slideshow ketimbang pertarungan epik.

Beberapa cuplikan pertarungan Garou yang harusnya intens malah terlihat datar. Saking parahnya, adegan itu bahkan jadi bahan meme di Twitter dan TikTok. Nggak heran kalau reaksi pertama dari penonton adalah, “Ini beneran One Punch Man?”


Pergantian Studio: Awal dari Masalah

Kalau kamu perhatiin, musim pertama One Punch Man digarap oleh Madhouse, sementara musim kedua dan ketiga dikerjakan oleh J.C. Staff. Nah, di sinilah akar permasalahan mulai muncul. Madhouse dikenal dengan kualitas visual luar biasa dan perhatian ekstrem terhadap detail. Sedangkan J.C. Staff punya reputasi yang… yah, fluktuatif — tergantung proyeknya. Jadi ketika serial ini pindah tangan, banyak fans udah mulai khawatir. Dan ternyata, kekhawatiran itu bukan tanpa alasan.

Menurut beberapa animator yang terlibat di industri, perbedaan gaya produksi, jadwal ketat, dan anggaran terbatas bisa bikin hasil akhirnya jauh dari ekspektasi. Bahkan animator ternama seperti Vncent Chansardi sampai turun tangan membela tim J.C. Staff, bilang kalau masalah ini lebih kompleks dari sekadar “studio-nya malas”.


Tekanan dari Fans dan Industri

Masalah makin runyam ketika fans bereaksi keras. Direktur musim 3, Shinpei Nagai, bahkan sempat menutup akun media sosialnya karena hujatan yang datang bertubi-tubi. Sebagian besar fans merasa kecewa karena anime yang mereka tunggu bertahun-tahun malah terlihat seperti proyek terburu-buru.

Kalau kita pikir-pikir, ini mencerminkan tekanan yang luar biasa di industri anime Jepang. Banyak studio harus kerja di bawah deadline super ketat dan budget minim, sementara ekspektasi dari fans terus naik. Dan sayangnya, ketika hasil akhirnya nggak sesuai harapan, semua amarah langsung tertuju ke tim kreatif.

Sumber: YouTube

Apa yang Salah dari Animasinya?

Beberapa poin yang paling sering dikritik fans antara lain:

  • Gerakan karakter minim, banyak adegan statis tanpa transisi halus.

  • Perpindahan kamera yang terlalu sering, terasa seperti trik buat nutupin kurangnya frame animasi.

  • Efek pertarungan yang “kurang nendang”, terutama dibandingkan adegan-adegan legendaris dari musim pertama.

  • Model karakter yang nggak konsisten, ekspresi dan proporsinya kadang berubah-ubah antar frame.

Kalau kamu bandingin langsung antara pertarungan Saitama vs Genos di Season 1 dengan adegan Garou di Season 3, bedanya bener-bener terasa. Impact dan fluiditasnya jauh banget.


Faktor Produksi yang Nggak Bisa Diabaikan

Sebelum kita langsung menyalahkan tim animasi, penting juga untuk ngerti konteksnya. Industri anime sekarang udah jauh lebih padat dari dulu. Studio harus ngerjain banyak proyek sekaligus, animator freelance tersebar di seluruh dunia, dan kualitas kadang dikorbankan demi kecepatan rilis.

Vincent Chansard bahkan bilang kalau “masalah ini bukan soal siapa yang kerja, tapi bagaimana sistem produksinya dibuat.” Banyak keputusan soal jadwal dan dana bukan di tangan kreator, tapi di manajemen atas. Jadi, kadang hasil akhir yang “jelek” bukan karena mereka nggak mau bikin bagus, tapi karena waktu dan tenaga mereka udah habis di tengah jalan.


Apakah One Punch Man Masih Layak Ditonton?

Kalau kamu nonton One Punch Man cuma buat animasi spektakuler, mungkin kamu bakal kecewa. Tapi kalau kamu datang buat nikmatin ceritanya, karakter Garou yang makin dalam, atau humor absurd khas Saitama — masih ada alasan buat tetap nonton.

Walau kualitas animasinya turun, inti ceritanya tetap menarik. Arc Garou punya potensi besar dan tema moral yang kuat tentang kekuatan, keadilan, dan pandangan manusia terhadap “pahlawan” dan “penjahat”.


Kesimpulan: Ironi Pukulan Tunggal

One Punch Man Season 3 jadi contoh nyata bagaimana ekspektasi bisa jadi musuh terbesarmu. Dulu, Saitama bikin kita terpukau dengan pukulan tunggalnya yang memukau. Sekarang, sayangnya, yang terasa justru pukulan balik dari fans karena kualitas animasinya.

Aku pribadi masih berharap J.C. Staff bisa bangkit di episode-episode selanjutnya. Karena sejauh ini, yang bisa kita katakan hanyalah: One Punch Man memang masih kuat, tapi animasinya jelas butuh pukulan kebangkitan.


Lorenime

Seorang cowo biasa yang kebetulan suka main games khususnya Resident Evil

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama