Kenapa Animasi One Punch Man Season 3 Jelek? Ini Penyebab Aslinya


One Punch Man Season 3 akhirnya rilis, tapi bukannya bikin kita terkesima, banyak dari kita justru cuma bisa ngelus dada. Dari awal hype gila-gilaan, ujung-ujungnya yang trending malah keluhan soal animasi yang terasa kayak “slideshow” atau “PowerPoint mode”.

Aku juga sama, kamu juga pasti heran: kok bisa anime sebesar OPM anjlok kualitasnya?
Setelah aku gali-gali, jawabannya pahit… dan cukup bikin kesel. Dan ya—penyebab utamanya mengarah ke dua hal besar: anggaran kecil dan deadline mepet.


Siapa Sangka? Masalah Utamanya Justru Dari Balik Meja Produksi

Kalau kamu kira masalah ada di animator, salah besar. Yang paling sering disalahin justru bukan orang yang bikin gambar, tapi para pengambil keputusan di balik layar: komite produksi yang mengatur uang, jadwal, dan target rilis.

Di Season 3 ini, masalah itu kelihatan banget. Banyak laporan dari animator dan artikel industri yang bilang kalau produksi OPM S3 bener-bener dikejar waktu, bahkan untuk ukuran anime action skala besar. Bahkan ada animator yang ngaku kalau proses animasi cuma dikasih waktu beberapa bulan — itu gila sih untuk seri sekompleks OPM yang penuh gerakan cepat, efek ledakan, dan frame yang harus rapi. Dan di industri anime, kalau waktu ketat, kualitas pasti tumbang duluan.


Anggaran Yang “Tidak Seberapa” Dibanding Ekspektasi Fans

Di atas itu, ada satu isu lain yang lebih pahit: anggaran produksi yang kecil. Bukan rahasia kalau studio J.C. Staff bukan studio dengan budget papan atas. Mereka dipilih karena “lebih murah” dan dianggap cukup bisa mengerjakan proyeknya. Tapi untuk anime sekelas OPM, memilih pilihan hemat itu kayak minta masalah. Beberapa animator bahkan bilang kalau komite produksi sengaja “set the bar low” alias menetapkan standar kerja rendah karena dana yang disediakan memang minim. Konsekuensinya?

  • Banyak adegan dibuat statis.

  • Gerakan minim.

  • Efek tidak semewah season 1.

  • Outsourcing ke studio luar tanpa supervisi ketat.

  • Banyak frame kasar karena kejar deadline.

Paduan anggaran kecil + jadwal mepet = chaos. Dan itu semua terlihat jelas di layar.

Sumber: gamerwk

Deadline Yang Mepet Bikin Animasi Mati Gaya

Kalau kamu pernah lihat adegan fight yang seharusnya epik tapi malah jadi kaku, itu bukan salah animatornya. Kebanyakan animator memang cuma kerja sesuai waktu yang diberikan. Di OPM S3, beberapa laporan nyebut kalau para animator benar-benar “diletakkan dalam posisi mustahil”, bahkan ada yang sampai kehilangan motivasi karena beban kerja absurd ditambah jadwal barbar.

Hasil akhirnya? Kamu tahu sendiri. Makanya banyak adegan terasa kayak “gambar dipindah-pindah” daripada gerakan actual. Itu bukan kemalasan, tapi ketidakmungkinan. Bayangin saja, adegan yang normalnya butuh waktu 2 bulan, cuma dikasih 3 minggu. Ya jelas hasilnya amburadul.


Respons Fans Bikin Sutradara Sampai Ngilang Dari Medsos

Kualitas yang jeblok bikin fans ngamuk besar-besaran. Banyak yang melampiaskan ke sutradara sampai dia menutup akun media sosialnya. Padahal, justru dia juga korban sistem. Dia cuma orang yang disuruh bekerja dalam batasan yang mustahil. Sebenarnya para animator dan staf lapangan itu bukan penentu anggaran. Mereka cuma bisa bekerja dengan apa yang dikasih. Dan yang dikasih tahun ini? Sedikit uang, sedikit waktu, tapi ekspektasi selangit.


Kamu Harus Tahu: Ini Bukan Hanya Masalah OPM

Kalau kamu perhatiin industri anime belakangan ini, pola seperti ini makin sering terjadi. Komite produksi ngejar cuan, bukan kualitas. Mereka kepengin rilis cepat biar merchandise dan exposure naik. Tapi dampak buruknya ditanggung oleh staf dan fans. One Punch Man S3 jadi salah satu contoh paling jelas kalau industri ini memang sedang keteteran: terlalu banyak proyek, terlalu sedikit waktu, terlalu banyak tekanan, terlalu sedikit uang. Dan anime sehebat OPM pun nggak bisa lolos dari itu.


Kesimpulan: OPM S3 Jadi Korban Sistem, Bukan Kurangnya Bakat

Kalau kamu kecewa sama animasinya, itu wajar. Aku pun begitu.
Tapi kalau kamu nanya siapa yang harus disalahin? Bukan animator. Bukan sutradara. Bukan staf lapangan. Yang harusnya ditarik kuping adalah komite produksi yang:

  • kasih dana minimalis,

  • ngejar rilis cepat,

  • dan maksa satu tim animasi bekerja di luar batas wajar.

Hasil akhirnya ya seperti yang kita lihat sekarang. One Punch Man Season 3 bisa jadi contoh paling gamblang bahwa anime sebesar apa pun bisa hancur kalau kendalinya ada di tangan pihak yang cuma mikirin budget, bukan kualitas.

Lorenime

Seorang cowo biasa yang kebetulan suka main games khususnya Resident Evil

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama