Nintendo adalah raksasa game legendaris, tapi mengapa banyak gamer kini menganggapnya sebagai perusahaan konsol terburuk? Artikel ini mengulas fakta, kebijakan kontroversial, dan opini komunitas gamer.
Nintendo: Dari Legenda ke Sumber Kekecewaan
Nintendo adalah nama besar dalam sejarah video game. Dari NES hingga Switch, banyak kenangan tercipta bersama konsol mereka. Tapi di era modern, semakin banyak gamer yang mulai kecewa dan menyebut Nintendo sebagai perusahaan konsol terburuk saat ini.
Kenapa bisa begitu? Inilah beberapa alasan utamanya.
1. Kebijakan Anti-Konsumen
Nintendo dikenal sangat protektif terhadap produknya—bahkan bisa dibilang berlebihan. Mereka sering menggugat penggemar yang membuat konten kreatif seperti mod, fan game, atau bahkan sekadar video musik remix.
Alih-alih merangkul komunitas, Nintendo memilih untuk memblokir dan membungkam. Sikap ini bertolak belakang dengan perusahaan lain yang justru mendukung komunitas kreatif.
2. Infrastruktur Online yang Ketinggalan Zaman
Hingga saat ini, layanan online Nintendo masih jauh tertinggal dari kompetitor seperti Sony dan Microsoft. Tidak ada voice chat bawaan, sistem teman yang rumit, dan layanan cloud save yang terbatas membuat pengalaman online di Nintendo terasa ketinggalan zaman.
Bahkan game kompetitif seperti Super Smash Bros. atau Mario Kart masih mengalami masalah koneksi hingga lag berat.
3. Harga Game yang Tidak Masuk Akal
Sementara PlayStation dan Xbox rutin memberikan diskon besar atau layanan berlangganan seperti Game Pass, Nintendo hampir tidak pernah menurunkan harga game mereka, bahkan untuk judul lama.
Game seperti The Legend of Zelda: Breath of the Wild tetap dijual dengan harga penuh meskipun sudah rilis sejak 2017. Kebijakan harga ini dianggap tidak masuk akal dan terlalu serakah.
4. Minimnya Inovasi di Konsol Terbaru
Nintendo memang dikenal berani mengambil risiko dengan desain konsolnya, namun beberapa pengamat menilai inovasi Nintendo kini lebih condong ke arah gimmick ketimbang peningkatan kualitas nyata.
Nintendo Switch misalnya, masih menggunakan teknologi lama dengan performa setara konsol generasi sebelumnya, sementara kompetitor sudah melangkah jauh.
5. Pola Rilis Game yang Lambat dan Tidak Konsisten
Gamers merasa frustrasi karena game-game besar Nintendo sering kali rilis dengan jeda yang terlalu panjang. Selain itu, Nintendo juga cenderung tidak mendengarkan permintaan komunitas, seperti remake game lawas atau rilis judul tertentu.
Contohnya adalah minimnya update konten untuk Animal Crossing: New Horizons, yang ditinggalkan begitu saja setelah booming awal pandemi.
Kesimpulan: Nintendo Butuh Evaluasi Diri
Tidak bisa dipungkiri, Nintendo adalah pionir dalam industri game. Namun status legendaris itu tidak bisa menjadi alasan untuk tetap bertahan dengan kebijakan lama yang merugikan konsumen.
Gamer semakin kritis, dan persaingan di industri game makin ketat. Jika Nintendo tidak berbenah, julukan sebagai perusahaan konsol terburuk bisa saja benar-benar melekat di masa depan.