Review Assassin’s Creed: Shadow — Ketika Sejarah Jadi Korban, Inovasi Mandek, dan Konten yang Terlalu Berlebihan



Review Assassin’s Creed: Shadow — Sayang Sekali, Shadow Justru Bikin Kecewa

Assassin’s Creed: Shadow datang dengan harapan besar sebagai penerus salah satu franchise game sejarah paling populer. Tapi, jujur aja, setelah nyobain game ini, perasaan kecewa yang paling dominan.

Pertama-tama, soal cerita dan sejarah. Assassin’s Creed memang selalu identik dengan narasi yang kental dengan latar sejarah, tapi di Shadow, rasanya ada yang nggak beres. Game ini penuh dengan agenda penyelewengan sejarah yang bikin fans sejarah atau penggemar seri ini garuk-garuk kepala. Salah satu contohnya adalah tokoh Yasuke, yang aslinya bukan seorang samurai, tapi seorang pengawal dari Afrika yang berperan sangat tidak penting di Jepang. Sayangnya, Ubisoft memaksakan Yasuke menjadi sosok samurai penuh, yang justru mengurangi keunikan dan kebenaran sejarahnya. Alih-alih memberikan gambaran yang menarik dan edukatif tentang masa lalu, justru banyak fakta yang diputarbalikkan dan disajikan dengan cara yang kurang masuk akal. Jadi, kalau kamu main untuk belajar atau sekadar merasakan suasana zaman dulu, Shadow agak mengecewakan di sini.

Lanjut ke gameplay, sebenarnya Shadow nggak membawa banyak perubahan berarti. Mekanismenya terasa hampir sama persis dengan seri sebelumnya, jadi kalau kamu sudah main game Assassin’s Creed yang lalu, rasanya nggak banyak yang baru buat dicoba di sini. Padahal, di zaman sekarang, pemain pasti berharap ada inovasi atau fitur-fitur baru yang bikin pengalaman main jadi lebih seru dan segar. Sayangnya, Shadow terasa mandek dan itu bikin game ini gampang terasa membosankan.

Selain itu, jangan lupakan masalah teknis. Shadow penuh dengan glitch yang cukup mengganggu. Kadang karakter tiba-tiba melayang atau objek yang seharusnya bisa diinteraksi malah nge-bug dan bikin misi jadi susah selesai. Glitch-glitch ini tentu bikin mood main jadi berantakan dan bikin frustasi. Kalau terus-terusan ngalamin hal kayak gini, jelas pengalaman main jadi nggak nyaman.

Satu hal yang juga menarik perhatian adalah konten dalam game yang terasa terlalu banyak memuat unsur gay, yang menurut sebagian pemain terasa dipaksakan dan kurang natural dalam konteks ceritanya. Alih-alih memperkaya cerita dan karakter, hal ini justru bikin beberapa pemain merasa tidak nyaman dan melihatnya sebagai usaha pencitraan semata. Mungkin niatnya baik, tapi penyajiannya kurang pas dan malah jadi bahan kritik.

Secara keseluruhan, Assassin’s Creed: Shadow ini jadi game yang jauh dari kata sempurna. Ada beberapa momen seru sih, tapi terlalu banyak kekurangan yang bikin pengalaman main kurang maksimal. Buat kamu yang fans berat seri ini, mungkin masih layak dicoba, tapi kalau kamu pengen sesuatu yang segar dan memuaskan, Shadow mungkin bukan pilihan terbaik.

Nilai akhir? 5 dari 10 aja deh.



Lorenime

Seorang cowo biasa yang kebetulan suka main games khususnya Resident Evil

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama