Dragon Age: The Veilguard Gagal Total, BioWare Terancam Tutup? Ini Alasannya

Kalau kamu ngikutin dunia game RPG barat, pasti udah nggak asing sama nama besar BioWare. Dulu mereka dikenal sebagai developer jenius di balik game legendaris kayak Mass Effect, Dragon Age: Origins, sampai Knights of the Old Republic. Tapi sekarang, kondisi mereka jauh dari kata jaya. Dan semua makin panas setelah Dragon Age: The Veilguard resmi diumumkan gagal total.

Menurut laporan terbaru dari Bloomberg yang ditulis oleh jurnalis terkenal Jason Schreier, banyak banget masalah yang terjadi di balik pengembangan The Veilguard. Masalah-masalah ini bukan cuma bikin gamenya kacau, tapi juga bikin masa depan BioWare jadi pertanyaan besar.


Dari RPG Single-Player ke Live-Service, Terus Balik Lagi...

Awalnya, Dragon Age: The Veilguard dirancang sebagai game RPG single-player—sesuai DNA khas BioWare. Tapi entah kenapa, EA (publisher-nya) sempat ngubah arah game ini jadi live-service multiplayer, mirip model Destiny. Nah, gara-gara itu, struktur gamenya jadi amburadul. Mereka kemudian mutusin buat balikin lagi ke konsep awal: single-player. Tapi ya, udah terlambat. Proses bolak-balik itu ninggalin jejak kerusakan yang dalam.

Dampaknya? Banyak elemen penting RPG yang biasa kita temuin di game BioWare jadi terasa dangkal. Pilihan yang seharusnya punya dampak besar di cerita jadi terasa hambar. Dialognya juga kacau karena mereka sempat panik setelah ngeliat kegagalan Forspoken—game dari Square Enix yang dibantai habis-habisan gara-gara nada sarkastik yang “cringe”. Akhirnya, tim The Veilguard disuruh buru-buru rewrite dialog biar kesannya lebih serius. Tapi yang ada malah bikin tone gamenya jadi nggak konsisten dan malah aneh sendiri.


Trailer Kayak Fortnite? EA Dituding Nggak Paham Game-nya Sendiri

Salah satu hal yang bikin fans makin kecewa adalah soal marketing. Trailer pertama The Veilguard dikritik habis-habisan karena tampilannya malah mirip kayak Fortnite—warna-warni, penuh gaya pop culture, dan jauh dari kesan dark fantasy khas Dragon Age. Banyak yang ngerasa EA sendiri nggak ngerti gimana cara jualan game ini ke target market yang sebenarnya.

Dan memang, laporan Bloomberg nyebutin bahwa ada kekhawatiran internal di BioWare soal bagaimana game ini dipasarkan. Tapi EA sendiri milih bungkam dan nolak kasih komentar ke media.


Setelah Gagal, Apa Kabar Mass Effect dan BioWare?

Yang bikin makin miris, kegagalan The Veilguard ini datang setelah dua proyek besar BioWare sebelumnya—Mass Effect: Andromeda dan Anthem—juga dicap flop. Jadi, The Veilguard ini bisa dibilang sebagai kegagalan ketiga berturut-turut. Nggak heran kalau sekarang muncul pertanyaan serius: apakah EA bakal nutup BioWare?

Walaupun saat ini masih ada tim kecil yang kerja diam-diam buat Mass Effect 5, analis industri Doug Creutz dari TD Cowen bilang kalau EA sampai nutup BioWare besok pun, dia nggak bakal kaget. Katanya, "Udah lebih dari satu dekade sejak BioWare bikin game yang benar-benar sukses besar."

Sumber: Forbes

“Woke Agenda” Jadi Bumerang? Gamer Maunya Simple Aja Kok

Salah satu hal yang juga bikin Dragon Age: The Veilguard ditinggalin gamer adalah dorongan kuat untuk masukin woke agenda ke dalam game-nya. Mulai dari desain karakter yang terasa dipaksakan supaya inclusive, sampai representasi yang kelihatan terlalu “agenda-driven” dibanding sekadar nambahin kedalaman cerita.

Padahal, kalau dipikir-pikir, permintaan gamer tuh nggak ribet. Kasih kami gameplay yang solid, cerita yang bikin penasaran, dan karakter yang memorable—udah, itu aja cukup. Tapi The Veilguard malah sibuk ngejar hal-hal yang justru bikin identitasnya sebagai RPG dewasa dan kelam jadi kabur.

Banyak fans ngerasa game ini kehilangan “jiwa BioWare”. Nggak ada lagi karakter dengan moral abu-abu atau pilihan-pilihan sulit yang bisa bikin kita mikir semalaman. Sebaliknya, semua terasa terlalu bersih, terlalu “aman”, terlalu politis. Ujung-ujungnya, malah jadi hambar dan nggak berkesan.

Lihat aja Stellar Blade, misalnya. Game itu bisa sukses besar bukan cuma karena gamenya keren, tapi karena mereka ngerti pasar. Ceritanya engaging, gameplay-nya solid, dan ya—karakternya cakep dan seksi. Sesuatu yang The Veilguard kayaknya sengaja jauhi demi “misi sosial” yang nggak diminta gamer.


Kapan Industri Game Berhenti Merasa Gamer itu Musuh?

Kesan yang muncul sekarang: banyak studio besar (termasuk BioWare) malah ngerasa gamer itu kayak “musuh” yang harus diedukasi. Padahal ya… kita main game bukan buat ceramah. Kita main buat have fun, buat kabur dari dunia nyata yang ribet. Kalau game malah sibuk ngajarin agenda yang berat sebelah, ya wajar kalau fans cabut.

Sayangnya, kegagalan demi kegagalan ini kayaknya belum cukup buat jadi pelajaran. Bahkan dengan semua kritik dan review negatif, arah industrinya masih sering nyasar. BioWare harusnya tahu, mereka punya sejarah panjang dalam bikin karakter kuat dan beragam tanpa harus terlihat maksa. Tapi The Veilguard? Kelihatan banget terlalu berusaha keras buat “jadi benar”—sampai lupa cara jadi menarik

.Akhir Kata: Haruskah Kita Khawatir?

Sebagai gamer yang tumbuh bareng Dragon Age dan Mass Effect, jujur aja sih, ini nyakitin banget. BioWare dulunya simbol kualitas RPG naratif, tapi sekarang kayak kehilangan arah. Gagalnya The Veilguard bukan sekadar soal satu game doang—ini semacam sinyal darurat buat masa depan studio legendaris ini.

Kita nggak tahu bakal kayak gimana nasib BioWare ke depan. Tapi kalau kamu fans berat mereka, mungkin ini saatnya buat bersiap-siap menerima kenyataan pahit. Karena harapan buat kebangkitan mereka sekarang udah makin tipis.


Lorenime

Seorang cowo biasa yang kebetulan suka main games khususnya Resident Evil

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama