Mind’s Eye Jadi Game Terburuk 2025, Lebih Hancur dari Cyberpunk Saat Rilis

Tahun 2025 seharusnya menjadi momen besar bagi Build a Rocket Boy, studio yang dipimpin oleh Leslie Benzies, mantan otak di balik kesuksesan GTA V. Tapi harapan tinggi itu justru berubah menjadi mimpi buruk saat Mind’s Eye resmi diluncurkan. Alih-alih jadi penantang baru di genre open-world action, game ini langsung dinobatkan sebagai game terburuk tahun ini, bahkan dianggap lebih berantakan daripada Cyberpunk 2077 saat awal rilisnya.

Skor Jeblok, Review Negatif, dan Gelombang Refund

Dirilis pada 10 Juni 2025 untuk PC, PlayStation 5, dan Xbox Series X|S, Mind’s Eye langsung dibanjiri ulasan negatif. Metacritic hanya memberi skor 43/100, sementara ulasan pengguna di Steam didominasi oleh keluhan dan kekecewaan. Ekspektasi tinggi yang sebelumnya menyelimuti game ini hancur seketika.

Kondisi semakin parah ketika Sony secara resmi menawarkan refund untuk pemain PlayStation 5 yang telah membeli versi digitalnya. Ini menunjukkan betapa seriusnya situasi. Jika kita flashback ke kasus Cyberpunk 2077, yang saat itu penuh bug tapi masih memiliki potensi, Mind’s Eye bahkan tidak punya “bahan bakar” untuk sekadar bertahan.

Masalah Teknis Fatal: Bukan Sekadar Bug, Tapi Runtuhnya Fondasi

Mind’s Eye dipenuhi masalah teknis sejak hari pertama. Pemain melaporkan berbagai kejadian aneh seperti NPC yang melayang, kendaraan yang tiba-tiba meledak tanpa sebab, dan game yang rutin mengalami crash. Performa di konsol generasi terbaru pun tidak memuaskan karena hanya mampu berjalan di 30 FPS dan sering mengalami penurunan frame rate drastis.

Kejadian makin memanas saat beberapa streamer besar seperti CohhCarnage diminta menghentikan siaran langsung mereka saat memainkan game ini. Publik pun mulai mempertanyakan transparansi dari pihak pengembang. Jika masalah teknis ini adalah permukaan dari gunung es, maka fondasi game ini tampaknya benar-benar rapuh.

Gameplay Kosong: Dunia Open-World Tanpa Jiwa

Dari segi visual, Mind’s Eye memang terlihat menjanjikan. Namun, begitu pemain mulai menjelajahi dunia dalam game, semuanya terasa hambar. Dunia open-world yang ditawarkan terasa seperti ruang kosong tanpa tujuan. Tidak ada kehidupan, tidak ada dinamika, dan tidak ada sesuatu yang benar-benar membuat pemain betah menjelajah.

Variasi musuh sangat sedikit, sistem kendali kendaraan sangat buruk, dan setiap misi terasa seperti pengulangan yang melelahkan. Beberapa reviewer menyebut game ini seperti proyek terburu-buru yang kehilangan arah. Tidak peduli seberapa bagus grafisnya, gameplay yang membosankan tetap menjadi titik kelemahan utama.

Build a Rocket Boy: Janji Perbaikan, Tapi Terlambat?

Developer memang telah merilis hotfix dan menjanjikan patch berkelanjutan, namun kerusakan reputasi tampaknya sudah tidak bisa diselamatkan dengan update teknis semata. Banyak gamer yang merasa bahwa masalah utama bukan sekadar bug, tapi desain game secara keseluruhan yang memang sudah lemah sejak awal.

Beda dengan Cyberpunk 2077 yang masih memiliki dunia menarik dan karakter kuat, Mind’s Eye seperti produk kosong yang hanya bermodalkan hype. Bahkan jika semua error diperbaiki, game ini tetap terasa membosankan dan tidak punya alasan untuk dimainkan kembali.

Lebih Parah dari Cyberpunk? Ya, Karena Tak Ada Harapan Comeback

Perbandingan dengan Cyberpunk 2077 memang tidak bisa dihindari. Meski penuh kontroversi saat rilis, Cyberpunk akhirnya berhasil bangkit lewat serangkaian pembaruan, DLC, dan dukungan komunitas. Sayangnya, hal ini tampaknya mustahil terjadi pada Mind’s Eye.

Game ini tidak punya basis penggemar kuat, tidak memiliki karakter yang membekas di ingatan pemain, dan tidak ada keunikan yang bisa dijadikan pondasi untuk bangkit. Bahkan nama besar Leslie Benzies tidak cukup untuk menyelamatkan proyek ini dari kehancuran.

Kesimpulan: Game Gagal Karena Ambisi Kosong

Mind’s Eye adalah pelajaran penting bahwa ambisi besar tanpa eksekusi yang solid hanya akan menjadi kegagalan publik. Meski datang dari nama besar dan menjanjikan dunia open-world yang masif, hasil akhirnya sangat mengecewakan. Masalah teknis, gameplay monoton, dan desain misi yang dangkal menjadi kombinasi maut yang menghancurkan potensi game ini.

Bahkan jika dibandingkan dengan game-game gagal sebelumnya, Mind’s Eye benar-benar mencatat sejarah sebagai contoh buruk bagaimana hype dan realita bisa berseberangan jauh. Ini bukan hanya game yang gagal secara teknis, tapi juga secara visi.


Lorenime

Seorang cowo biasa yang kebetulan suka main games khususnya Resident Evil

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama