Pembaruan EULA Ubisoft Ancam Kepemilikan Game Digital Pemain

Ubisoft kembali menuai kontroversi. Dalam pembaruan terbaru pada ketentuan EULA (End User License Agreement) mereka, tertulis jelas bahwa Ubisoft berhak untuk mengakhiri lisensi penggunaan game kapan saja, dengan alasan apa pun, bahkan tanpa perlu memberi tahu pemain lebih dulu.

Lebih parahnya lagi, ketika Ubisoft memutuskan untuk mengakhiri lisensi tersebut, kamu sebagai pemain wajib menghapus dan menghancurkan semua salinan game yang kamu miliki—termasuk versi unduhan yang mungkin kamu simpan secara offline. Dengan kata lain, game yang sudah kamu beli dan bayar bisa dihapus secara sepihak kapan saja oleh Ubisoft.


Paragraf Kontroversial: Terjemahan dan Maknanya

8. Pengakhiran Lisensi

Ketentuan lisensi ini (EULA) mulai berlaku sejak kamu membeli, mengunduh, atau menggunakan produk, dan akan tetap berlaku sampai dihentikan sesuai dengan ketentuannya. Ubisoft atau lisensornya bisa mengakhiri EULA kapan saja, untuk alasan apa pun. Jika lisensi diakhiri, kamu diwajibkan segera mencopot pemasangan game dan menghancurkan semua salinan dari produk tersebut yang masih kamu miliki.

9. Perubahan Sepihak Terhadap EULA atau Produk

Ubisoft memiliki hak penuh untuk mengubah, memperbarui, menambah, atau menghapus bagian mana pun dari EULA ini kapan saja. Perubahan ini bisa diberlakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Jika kamu tidak setuju dengan perubahan tersebut, kamu harus mencopot game dan menghancurkannya. Ubisoft juga berhak untuk mengubah, memodifikasi, atau menghentikan bagian dari produk kapan saja tanpa alasan apa pun.


Mengapa Ini Dianggap Langkah Anti-Konsumen?

Ketentuan ini menunjukkan betapa rapuhnya hak milik digital di era modern. Kamu mungkin berpikir bahwa ketika membeli sebuah game digital, itu akan menjadi milikmu selamanya. Tapi dengan EULA seperti ini, Ubisoft secara sepihak bisa mencabut aksesmu kapan saja, tanpa kompensasi, bahkan tanpa alasan jelas.

Bayangkan jika kamu membeli game seharga ratusan ribu rupiah, dan beberapa bulan kemudian Ubisoft memutuskan untuk menghentikan produk tersebut atau menutup servernya. Tidak hanya kamu akan kehilangan akses, kamu juga diwajibkan menghapus semua salinan game tersebut. Dan jika tidak kamu lakukan, secara hukum kamu bisa dianggap melanggar ketentuan. Ini adalah bentuk kontrol mutlak atas produk yang seharusnya sudah menjadi milikmu.

Sumber: Ubisoft

Menormalisasi Ketergantungan Digital

Langkah Ubisoft ini juga memperjelas satu hal: di mata industri game, kita sebagai konsumen bukan pemilik, melainkan hanya penyewa sementara. Lisensi EULA menjadi alat hukum yang kuat untuk mencabut hak kita sebagai pembeli. Ubisoft dengan gamblang menyatakan bahwa mereka tidak punya kewajiban memberikan dukungan teknis, pembaruan, atau bahkan akses terhadap produk yang sudah dibeli.

Ini memperlihatkan wajah asli dari ekonomi digital: semua tentang kontrol, bukan kepemilikan. Apa yang tampak seperti pembelian, ternyata hanyalah pinjaman dengan jangka waktu tidak pasti.


Dampaknya Bukan Hanya untuk Ubisoft

Kalau langkah ini dibiarkan, bukan tidak mungkin publisher lain akan mengikuti jejak Ubisoft. Ini bisa menjadi preseden buruk di industri, di mana tidak ada jaminan lagi bahwa game digital yang kamu beli akan tetap bisa dimainkan di masa depan.

Perubahan ini mengaburkan garis antara transaksi jual beli dan penyewaan. Dan yang paling dirugikan tentu saja adalah kamu, sang pemain yang sudah berinvestasi waktu, uang, dan emosi ke dalam game.


Harapan akan Perlawanan: Saatnya Ditegur Secara Hukum

Dalam menghadapi kebijakan sepihak seperti ini, muncul satu harapan besar: semoga ada pihak yang berani membawa praktik Ubisoft ini ke ranah hukum. Entah itu lembaga perlindungan konsumen, regulator digital, atau class action dari komunitas gamer, dunia perlu memberi sinyal kuat bahwa publisher tidak bisa semena-mena menginjak-injak hak pembeli.

Karena jika tidak ada tekanan balik yang signifikan, bukan tidak mungkin EULA semacam ini akan menjadi standar industri. Hari ini Ubisoft yang melakukannya. Besok, bisa jadi EA, Activision, atau bahkan platform seperti Steam ikut menerapkan praktik serupa. Konsumen bukan mesin ATM berjalan. Kita punya hak untuk merasa aman atas apa yang kita beli. Dan ketika hak itu dilanggar, sudah sewajarnya hukum ikut turun tangan.


Penutup: Konsumen Bukan Sapi Perah

Ubisoft telah mengambil langkah yang sangat jelas bertentangan dengan kepentingan pemain. Ini bukan hanya tentang EULA, tapi tentang prinsip kepemilikan dan hak konsumen. Jika kita tidak menyuarakan penolakan terhadap praktik seperti ini, bisa jadi masa depan game akan berubah menjadi dunia di mana kamu tak punya kendali atas apa yang kamu beli.

Kita harus lebih kritis. Jangan hanya terpikat oleh visual memukau atau promosi manis. Lihat lebih dalam ke arah mana industri ini bergerak. Kalau publisher seperti Ubisoft bisa seenaknya menarik kembali game yang sudah kamu beli, lalu apa arti membeli game digital?

Lorenime

Seorang cowo biasa yang kebetulan suka main games khususnya Resident Evil

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama