Kenapa Overwatch Makin Sepi? Ini Alasan Pemain Meninggalkannya

Overwatch dulunya adalah game hero shooter yang bikin banyak gamer jatuh cinta. Nggak cuma karena gameplay-nya yang cepat dan intens, tapi juga karena desain karakternya yang penuh gaya, karismatik, bahkan eye-catching. Tapi sekarang? Banyak yang bilang Overwatch udah nggak menarik lagi. Bahkan sebagian bilang, game ini udah tinggal nunggu waktu buat benar-benar mati. Sebagai pemain yang juga pernah kecanduan Overwatch, aku cukup sedih ngelihat gimana perlahan tapi pasti game ini kehilangan jiwanya. Bukan cuma karena masalah teknis atau gameplay, tapi juga karena Blizzard kayak udah nggak ngerti lagi apa yang bikin pemain suka dengan game ini sejak awal.


Overwatch 2: Sekuel Setengah Hati yang Nggak Pantas Dibilang Sekuel

Awalnya, Overwatch 2 diumumin dengan janji gede-gedean. Katanya bakal ada mode PVE (co-op story campaign), visual ditingkatkan, dan gameplay yang disempurnakan. Tapi begitu rilis? Yang kita dapat cuma perubahan kecil dan mode 6v6 jadi 5v5—yang justru malah bikin ritme game jadi aneh dan berat sebelah. Parahnya lagi, mode campaign story yang dulu digadang-gadang jadi fitur utama... malah dibatalkan. Blizzard sendiri bilang mereka "nggak bisa deliver" karena keterbatasan sumber daya. Lho, kok bisa? Padahal itu fitur utama yang bikin banyak pemain nunggu.

Akhirnya banyak pemain ngerasa dibohongi. Kayak, kita udah sabar nunggu bertahun-tahun, eh malah dikasih update yang bisa dibilang cuma Overwatch 1 dengan kulit baru dan sistem monetisasi baru.


Monetisasi Agresif: Dari Gratis Jadi Komersil Berat

Salah satu daya tarik Overwatch pertama adalah semua update—termasuk hero dan map baru—gratis. Tapi sejak Overwatch 2, Blizzard mulai menerapkan sistem battle pass. Skin-skin keren dan eksklusif sekarang dikunci di balik paywall. Yang lebih nyebelin? Skin lama yang dulu bisa kamu dapetin dengan lootbox gratis, sekarang harus dibeli pakai Overwatch Coins yang nggak murah.

Banyak pemain ngerasa game ini udah kehilangan arah. Fokusnya bukan lagi soal menyenangkan pemain, tapi cari untung sebanyak-banyaknya. Blizzard bahkan pernah dituduh eksploitasi komunitas dengan jual skin yang seolah-olah “terbatas waktu”, padahal nanti bisa muncul lagi di toko.


Karakter "Hot" yang Hilang, Daya Tarik Ikut Meredup

Kita nggak bisa bohongin fakta ini: salah satu alasan kenapa banyak orang suka Overwatch adalah karena desain karakter yang hot. Dulu karakter kayak Widowmaker, Mercy, atau D.Va jadi fan favorite bukan cuma karena skill mereka, tapi karena desain yang memikat. Stylish, seksi, dan tetap punya kepribadian kuat.

Tapi sekarang? Blizzard kayak menjauh dari desain karakter yang “menggoda” atau “eye-candy”. Karakter-karakter baru terasa lebih “netral”, bahkan ada yang desainnya terkesan asal dan nggak memorable sama sekali.
Bukan berarti semua karakter harus seksi sih, tapi ini soal daya tarik visual—sesuatu yang penting banget di genre hero shooter. Game seperti Valorant aja paham hal ini dan mereka tetap berani menampilkan karakter dengan daya tarik visual yang kuat. Tapi Blizzard? Malah terlalu takut buat eksplorasi. Banyak pemain ngerasa mereka kehilangan alasan untuk simpen wallpaper, bikin fanart, atau bahkan ngidolain karakter favorit. Dan percayalah, ini bukan hal sepele. Karakter yang punya visual kuat adalah salah satu kekuatan utama game berbasis hero.


Matchmaking Kacau, Komunitas Makin Toksik

Overwatch 2 juga dihantam masalah matchmaking. Kadang kamu bisa satu tim sama pemain super jago, kadang juga dapet tim yang clueless banget. Sistem ranking-nya juga membingungkan, dan Blizzard lama banget respons keluhan soal ini.

Akibatnya, komunitas jadi makin frustrasi dan toksik. Bahkan di mode casual pun kamu bisa nemu omelan, hinaan, dan drama. Fitur chat voice bahkan jadi sesuatu yang dihindari karena lebih sering jadi sumber stres ketimbang komunikasi tim.


Komunikasi Developer yang Nggak Transparan

Salah satu alasan kenapa banyak pemain meninggalkan Overwatch adalah buruknya komunikasi dari pihak dev. Waktu mereka batalkan PVE campaign, penjelasannya setengah-setengah. Ketika ada bug besar atau server bermasalah, mereka juga sering telat kasih update.

Padahal komunitas game kompetitif itu sangat sensitif. Mereka butuh kejelasan, roadmap yang jelas, dan developer yang responsif. Blizzard seakan-akan menghilang di saat yang paling dibutuhkan, dan itu ngebuat banyak pemain ngerasa ditelantarkan.

Sumber: like u gonna care lol

Genre Hero Shooter Sudah Lelah, dan Blizzard Gagal Inovasi

Meskipun Overwatch pernah jadi pelopor hero shooter, sekarang genre ini mulai masuk fase jenuh. Tapi tetap ada peluang untuk bertahan, asalkan kamu berani inovasi dan kasih sesuatu yang baru.

Masalahnya, Blizzard gagal total di sini. Nggak ada map memorable, mode baru yang seru, atau hero yang benar-benar bikin pemain balik main. Sementara saingan mereka terus berinovasi—Fortnite dengan event crazy-nya, Valorant dengan lore dan agent baru yang hype—Overwatch malah jalan di tempat.


Kesimpulan: Overwatch Kehilangan Arah, dan Pemain Kehilangan Harapan

Blizzard punya semua modal untuk bikin Overwatch tetap relevan—IP yang kuat, komunitas fanatik, desain karakter yang keren, dan gameplay unik. Tapi semuanya terbuang percuma karena kesalahan strategi dan keputusan yang bikin game ini kehilangan ruhnya.

Dari janji-janji palsu tentang PVE, monetisasi yang makin agresif, desain karakter yang makin membosankan, sampai matchmaking yang menyebalkan, semuanya bikin pemain lama pergi satu per satu. Dan ironisnya, bukannya Blizzard introspeksi, mereka malah makin jauh dari apa yang dulu bikin Overwatch dicintai. Kalau Blizzard nggak segera berubah, bukan nggak mungkin Overwatch cuma tinggal kenangan. Game yang dulunya jadi raja hero shooter, sekarang jadi pelajaran pahit tentang bagaimana sebuah game besar bisa runtuh karena malas mendengarkan pemainnya sendiri.

Lorenime

Seorang cowo biasa yang kebetulan suka main games khususnya Resident Evil

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama